Dapat Donasi Bakti Kominfo diakhir Tahun 2021

Untuk ketiga kalinya kami mendapatkan donasi buku dari Bakti Kominfo tepatnya tanggal 16 Desember 2021. Paket donasi di antarkan langsung oleh petugas Kanto Pos Moutong.

Ada Pelangi di Kotak Ide Indonesia

Bupati FTBM Parigi Moutong disela-sela dalam kunjungan kerja sebagai nakes menyempatkan diri untuk mampir sebentar di Kotak Ide sekedar untuk memberikan 2 lembar Mading Pelangi untuk dipajang.

Pegiat Literasi Cilik

Tampak beberapa anak sedang fokus membaca atau sedang melihat-lihat gambar sedang beberapa buku berhamburan di depan mereka duduk. Mereka antusias melihat dan membaca buku yang kemarin sudah mereka baca dan lihat. Walau judul buku yang sama saat sehari sebelumnya kami kenalkan, mereka tetap tidak mau bosan dengan buku-buku tersebut. Hal ini dikarenakan jumlah koleksi buku kami masih terbatas termasuk buku anak.

Komik Komunika dari Bakti Kominfo

Kali kedua kami mendapatkan donasi buku dari bakti kominfo tepatnya tanggal 14 Desember 2019 paket melalui Pos Indonesia. Donasi tersebut berupa 1 eksemplar buketin GPR News dan 4 eksemplar komik edisi 3-6 melengkapi edisi 1 dan 2 yang juga donasi dari bakti kominfo d tahun yang sama

Kotak Literasi Bergerak

Kotak Literasi Bergerak Dalam pelaksanaannya, Kotak Ide adalah sebuah kotak literasi yang berisikan sekumpulan ide yang diwujudkan dalam bentuk koleksi buku-buku yang mendukung gerakan literasi. Kotak Ide ini nantinya dapat dimanfaatkan oleh siapa saja untuk menemukan sebuah ide atau bisa digunakan untuk menampung ide-ide dari siapa saja untuk mendukung gerakan literasi masyarakat.

Wednesday, May 10, 2023

Dokter yang tak pernah menyuntik orang jadi trending google doodle hari ini

Mengapa Prof. Dr. Sulianti Saroso trending hari ini?


Beranda depan mesin pencari google hari ini menampilkan gambar seorang dokter. Doodle hari ini memperingati seorang dokter Indonesia, Prof. Dr. Sulianti Saroso, yang dikenal oleh banyak orang sebagai salah satu pakar kesehatan terkemuka di masanya, mempromosikan kesehatan ibu hamil dan keluarganya. Beliau adalah dokter yang tak pernah menyuntik orang sebagaimana yang dikutip dari indonesia.go.id “Ibu hampir tidak pernah menyuntik atau menulis resep,” kenang putrinya Dita Saroso, mantan pegawai bank yang kini pensiun di Bali.

Sulianti Saroso lahir pada tanggal 10 Mei 1917 di Karangasem, Bali. Dia adalah anak kedua dari keluarga Dr. M.Sulaiman. Sebagai dokter, pekerjaan Sulaiman berganti. Bagaimanapun, Suliant selalu memiliki pendidikan terbaik. Ia menyelesaikan pendidikan dasarnya di ELS Belanda (Europeesche Lagere School), kemudian di SMA  elit Bandung yang sebagian besar muridnya adalah orang bule, dan melanjutkan  pendidikan tingginya di Geneessständige Hoge School (GHS), nama baru STOVIA. Fakultas Kedokteran di Batavia. Pada tahun 1942 ia memperoleh gelar doktor  sebagai dokter.  Ia kemudian melanjutkan studinya di Inggris, Skandinavia, Amerika Serikat dan Malaya selama 2 tahun (1950-1951) dan mendapat Sertifikat Public Health Administration dari University of London. Ia menerima gelar MPH (Magister Kesehatan Masyarakat) dan TM (Pengobatan Tropis) pada tahun 1962 dan gelar PhD dalam Kesehatan Masyarakat (epidemiologi) pada tahun 1965 setelah mempertahankan disertasinya tentang riwayat alami infeksi Escherechia coli enteropatogenik di Tulane Medical School. , New Orleans, Louisiana, AS. 

Dalam sejarah kebijakan kesehatan Indonesia, Prof. Dr. Sulianti Saroso, MPH, PhD, nama besar setidaknya di dua bidang, pencegahan dan pengendalian penyakit menular dan Keluarga Berencana (KB). Dia adalah peneliti dan perencana kebijakan kesehatan dan tidak tertarik menjadi dokter. Dr. Sulianti Santoso adalah Direktur Jenderal Pencegahan, Pemberantasan dan Pemberantasan Penyakit Menular (P4M) pada tahun 1967. Pada saat yang sama ia juga menjabat sebagai direktur Lembaga Penelitian Kesehatan Nasional (LRKN). Dalam posisi ini, Profesor Sulianti sangat memperhatikan klinik karantina di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Klinik ini dikembangkan sebagai rumah sakit infeksi dan untuk tujuan penelitian infeksi. 

Salah satu gagasan yang masih dipegangnya adalah mengembangkan rumah sakit karantina di Tanjung Priok menjadi rumah sakit pusat penyakit menular dengan teknologi terkini, peralatan berteknologi tinggi, dan staf yang mumpuni. Tujuannya agar rumah sakit ini menjadi rumah sakit rujukan sekaligus sarana pendidikan dan pelatihan. Namun sesaat sebelum RSPI dibangun, Dr. Sulianti 1991. Sehingga tidak heran jika nama Prof Sulianti Saroso diberikan sebagai nama resmi rumah sakit tersebut saat diresmikan pada tahun 1995. 

Informasi lengkapnya bisa di lihat pada laman berikut ini. 
Share: